Minggu, 20 April 2014

Masalah Belajar

 

2.1.     Definisi Masalah Belajar

Banyak ahli mengemukakan pengertian masalah. Ada yang melihat masalah sebagai ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan.

·         Menurut Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan. Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan “Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

·         Menurut ( Anita E, Wool Folk, 1995 : 196 ) “Belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya”

·         Menurut ( Garry dan Kingsley, 1970 : 15 ) “Belajar adalah proses tingkah laku ( dalam arti luas), ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan”.

·         Menurut Gagne (1984: 77) bahwa “belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”.

 

·         Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau didefinisikan sebagai berikut : “Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”. 

Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.

 

2.2.     Faktor-Faktor yang dialami dan dihayati oleh siswa dan hal ini akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar :

1.   Faktor-Faktor Internal Belajar

Untuk bertindak belajar siswa menghadapi masalah-masalah secara intern. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya, maka ia tidak dapat belajar dengan baik.

a.    Sikap Terhadap Belajar

Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tenyang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian terhadap sesuatu memberikan sikap menerima, menolak atau mengabaikannya begitu saja. Selama melakukan proses pembelajaran sikap siswa akan menentukan hasil dari pembelajaran tersebut. Pemahaman siswa yang salah terhadap belajar akan membawa kepada sikap yang salah dalam melakukan pembelajaran. Sikap siswa ini akan mempengaruhinya terhadap tindakana belajar. Sikap yang salah akan membawa siswa mersa tidak peduli dengan belajar lagi. Akibatnya tidak akan terjadi proses belajar yang kondusif. Tentunya hal ini akan sangat menghambat proses belajar. Sikap siswa terhadap belajar akan menentukan proses belajar itu sendiri. Ketika siswa sudah tidak peduli terhadap belajar maka upaya pembelajaran yang dilakaukan akan sia-sia. Maka siswa sebaiknya mempertimbangkan masak-masak akibat sikap terhadap belajar.

 

b.    Motivasi Belajar                                   

Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya mutu belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus.

Motivasi yang diberikan dapat meliputi penjelasan tentang keutamaan ilmu dan keutamaan mencari ilmu. Bila siswa mengetahui betapa besarnya keutamaan sebuah ilmu dan betapa besarnya ganjaran bagi orang yang menuntut ilmu, maka siswa akan merasa haus untuk menuntut ilmu. Selain itu bagaimana seorang guru mampu membuat siswanya merasa membutuhkan ilmu. Bila seseorang merasa membutuhkan ilmu maka tanpa disuruhpun siswa akan mencari ilmu itu sendiri. Sehingga semangat siswa untuk menunutut ilmu sangat tinggi, dan hal ini akan memudahkan proses belajar.

 

c.     Konsentrasi Belajar

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian guru perlu melakukan berbagai strategi belajar mengajar dan memperhatikan waktu belajar serta selingan istirahat. Yang perlu diperhatikan oleh guru ketika memulai proses belajar ialahsebaiknya seorang guru tidak langsung melakukan pembelajaran namun seorang guru harus memusatkan perhatian siswanya sehingga siap untuk melakukan pembelajaran. Sebab ketika awal masuk kelas perhatian siswa masih terpecah-pecah dengana berbagai masalah. Sehingga sangat perlu untuk melkukan pemusatan perhatian dengan berbagai strategi.

 

d.    Mengolah Bahan Belajar

Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar merupakan nilai nilai dari suatu ilmu pengetahuan, nilai agama, nilai kesusilaan, serta nilai kesenian. Kemampuan siswa dalam mengolah bahan pelajaran menjadi makin baik jika siswa berperan aktif selama proses belajar. Misalnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya materi yang disampaikan, sehingga siswa benar-benar memahami materi yang telah disampikan. Siswa akan mengolah bahan belajar dengan baik jika mereka merasa materi yang diampaikan menarik, sehingga seorang guru sebaiknya menyampaikan materi secara menarik sehingga siswa akan memusatkan perhatiannya terhadap materi yang disampaikan oleh guru.

 

e.    Menyimpan Perolehan Hasil Belajar

Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam jangka waktu yang pendek maupun dalam jangka waktu yang panjang. Proses belajar terdiri dari proses pemasukan , proses pengolahan kembali dan proses penggunaan kembali. Biasanya hasil belajar yang disimpan dalam jagka waktu yang panjang akan mudah dilupakan oleh siswa. Hal ini akan terjadi jika siswa tidak membuka kembali bahan belajar yang telah diberikan oleh seorang guru.

Untuk mengatasi hal ini sebaiknya guru mengingatkan akan materi yang telah lama diberikan, serta memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi tersebut. Sehingga mau atau tidak mau siswa akan berusaha untuk mengingat kembali materi yang telah lama disampaikan serta membuka kembali buku yang berkaitan dengan materi tersebut. Sehingga Ingatan yang disimpan dalam jangka panjang akan semakin kuat.

 

f.     Menggali Hasil Belajar Yang Tersimpan

Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah diterima. Dalam hal baru maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali atau mengaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama maka siswa akan memanggil atau membangkitkan kembalipesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil belajar. Ada kalanya siswa mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama. Gangguan tersebut bukan hanya bersumber pada pemanggilan atau pembangkitannya sendiri.

Gangguan tersebut dapat dikarenakan kesukaran penerimaan, pengolahan dan penyimpanan. Jika siswa tidak memperhatikan dengan baik pada saat penerimaan maka siswa tidak memiliki apa-apa. Jika siswa tidak berlatih sungguh-sungguh maka siswa tidak akan memiliki ketrampilan.

 

g.    Kemampuan Berprestasi

Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan puncak suatu proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan hasil belajar yang telah lama ia lakukan. Siswa menunjukan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau menstransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh pada proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman.

 

h.    Rasa Percaya Diri Siswa

Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian perwujudan diriyang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Semakin sering siswa mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik maka rasa percaya dirinya akan meningkat. Dan apabila sebaliknya yang terjadi maka siswa akan merasa lemah percaya dirinya.

 

i.     Intelegensi Dan Keberhasilan Belajar

Intelegensi merupakan suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi actual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari. Dengan perolehan hasil belajar yang rendah, yang disebabkan oleh intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja yang bermutu rendah . Hal ini akan merugikan calon tenaga kerja itu sendiri. Oleh karena itu pada tempatnya mereka didorong untuk melakukan belajar dibidang kterampilan.

 

j.     Kebiasaan Belajar

Kebiasaan-kebiasaan belajar siswa akan mempengaruhi kemampunanya dalam berlatih dan menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru. Kebiasaan buruk tersebut dapat berupa belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, datang terlambat bergaya pemimpin, bergaya jantan seperti merokok. Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah-sekolah pelosok, kota besar, kota kecil. Untuk sebagian kebiasaan tersebut dikarenakan oleh ketidakmengertian siswa dengan arti belajar bagi diri sendiri

k.    Cita-Cita Siswa

Cita-cita sebagai motivasi intrinsic perlu didikan. Didikan memiliki cita-cita harus ditanamkan sejak mulai kecil. Cita-cita merupakan harapan besar bagi siswa sehingga siswa selalu termotivasi untuk belajar dengan serius demi menggapai cita-cita tersebut. Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan berprestasi maka siswa diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan kemampuannya sendiri.

 

2.   Faktor-Faktor Ekstern Belajar

Proses belajar didorong oleh motivasi intrinsik siswa. Disamping itu proses belajar juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat, bila didorong oleh lingkungan siswa. Dengan kata lain aktifitas belajar dapat meningkat bila program pembelajaran disusun dengan baik. Program pembelajaran sebagai rekayasa pendidikan guru di sekolah merupakan faktor eksternal belajar. Ditinjau dari segi siswa, maka ditemukan beberapa faktor eksternal yang berpengaruh pada aktivitas belajar. Faktor-faktor eksternal tersebut adalah sebagai berikut:

 

a.    Guru Sebagai Pembina Siswa Belajar

Guru adalah pengajar yang mendidik . Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik pemuda generasi bangsanya. Guru yang mengajar siswa adalah seorang pribadi yang tumbuh menjadi penyandang profesi bidang studi tertentu. Sebagai seorang pribadi ia juga mengembangkan diri menjadi pribadi utuh. Sebagai seorang diri yang mengembangkan keutuhan pribadi, ia juga menghadapi masalah pengembangan diri, pemenuhan kebutuhan hidup sebagai manusia.

Mengatasi masalah-masalah keutuhan secara pribadi, dan pertumbuhan profesi sebagai guru merupakan pekerjaan sepanjang hayat. Kemampuan mengatasi kedua masalah tersebut merupakan keberhasilan guru membelajarkan seorang siswa.

 

b.    Prasarana Dan Sarana Pembelajaran

Prasarana pembelajaran meliputi sarana olahraga, gedung sekolah ruang belajar, tempat ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olahraga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah dan berbagai media pengajaran yang lain. Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal ini tidak berarti bahwa lengkapnya sarana dan prasarana menentukan jaminan melakukan proses pembelajaran yang baik. Justru disinilah muncul bagaimana mengolah sarana dan prasaranapembelajaran sehingga tersenggara proses belajar yang berhasil dengan baik.

 

c.     Kebijakan Penilaian

Kegiatan penilaian merupakan proses belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar siswa atau unjuk kerja siswa. Sebagai suatu hasil maka dengan unjuk kerja tersebut maka proses belajar berhenti untuk sementara. Dan terjadilah penilaian. Hasil belajar merupakan hasil proses belajar. Pelaku aktif dalam belajar adalah siswa. Pelaku aktif dalam pembelajaran adalah guru. Dengan demikian, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi, dari sisi siswa hasil belajar merupak tingkat perkembangan mental yang lebing baik bila dibandingkan pada saat pra belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, efektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dinilai dari ukuran-ukuran guru, tingkat sekolah dan tingkat nasional. Jika digolonhkan lulus maka dapay dikatakan proses belajar siswa dan tindak mengajar guru berhenti sementara. Jika digolongkan tidak lulus, terjadilah proses belajar ulang bagi siswa dan mengajar ulang bagi guru.

 

d.    Lingkungan Sosial Siswa Di Sekolah

Tiap siswa dalam lingkungan sosial memiliki kedudukan, peranan dan tanggung jawab sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi pergaulan seperti hubungan sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi hubungan akrab kerjasama, kerja berkoprasi, berkompetisi, bersaing, konflik atau perkelahian.

 

e.    Kurikulum Sekolah

Kurikulum yang diberlakukan di sekolahadalah kurikulum nasional yang disahkan oleh pemerintah, atau yayasan pendidikan. Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan masyrakat. Dengan kemajuan dan perkembangan masyrakat timbul tuntutan kebutuhan baru dan akibatnya kurikulum sekolah perlu direkonstruksi. Adanya rekonstruksi itu menimbulkan kurikulum baru. Perubahan kurikulum sekolah menimbulkan masalah seperti tujuan yang akan dicapai mungkin akan berubah, isi pendidikan berubah, kegiatan belajar mengajar berubah serta evaluasi berubah.

 

3.   Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Belajar

Kesulitan belajar ini merupakan suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis pernyataan (manifestasi). Karena guru bertanggung jawab terhadap proses belajar-mengajar, maka ia seharusnya memahami manifestasi gejala-gejala kesulitan belajar. Pemahaman ini merupakan dasar dalam usaha memberikan bantuan kepada murid yang mengalami kesulitan belajar.Seorang guru setelah mengetahui siapa murid yang bermasalah dalam belajar serta jenis masalah apa yang dihadapinya. Selanjutnya guru dapat melaksanakan tahap berikutnya, yaitu mencari sebab-sebab terjadinya masalah yang dialami murid dalam belajar. Meskipun seorang guru tidak mudah menentukan sebab-sebab terjadi masalah yang sesungguhnya, karena masalah belajar cenderung sangat kompleks.

 

2.3.     Tujuan

1.    Menjelaskan pengertian kesulitan belajar

2.    Menjelaskan karakteristik belajar pembelajaran

3.    Menjelaskan gejalah kesulitan belajar

4.    Menjelaskan gejalah perilaku pembelajaran yang kurang termotivasi belajar

5.    Menjelaskan perilaku pembelaj yang mengalami masalah social

6.    Menjelaskan kreteria kesulitan belajar

7.    Menjelaskan jenis-jenis kesulitan belajar

8.    Menjelaskan prosedur terapi belajar

9.    Menjelaskan bentuk-bentuk terapi kesulitan belajar

 

2.4.     Kegiatan Belajar

1.    Bacalah dengan cermat setiap bagian buku hingga anda dapat memahami setiap komponen yang di sajikan.

2.    Setelah anda mempelajari materi pelajaran , dihadapkan menjawab pertanyaan yang telah disediakan.

 

2.5.     Materi Pelajaran

1.   Pengertian Kesulitan Belajar

Dalam kegiatan belajar, pembelajaran adakalanya mendapatkan perubahan tingkah laku secara optimal sesuai dengan sasaran belajar. Namun dengan kegiatann belajar, adakalanya pula mengalami hambatan/kesulitan sehingga tidak mencapai kesuksesan dalam belajarnya. Oleh karena itu pebelajar yang mengalami kesulitan belajar membutuhkan bimbingan agar dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Dengan pemberian bimbingan belajar bagi pebelajar yang mengalami kesulitan belajar tersebut, merupakan proses bantuan yang diberikan kepadanya untuk mendapatkan penguasaan terhadap materi pelajaran yang sedang dipelajari.

 

2.   Karakteristik Belajar Pebelajar

Kegiatan belajar di sekolah mempunyai tujuan untuk  membantu membantu memperoleh perubahan perilaku bagi setiap pebelajar dalam rangka mencapai perkembangan optimal. Oleh karena itu, pengenalan terhadap sifat-sifat individual pebelajar sangat perlu. Beberapa sifat pebelajar dalam pembelajaran, antara lain :

a.    Cepat dalam belajar

Pebelajar yang tergolong cepat dalam belajar pada umumnya dapat menyelwsaikan kegiatan belajar dalam waktu yang lebih cepat dari yang diperkirakan. Pada umumnya mereka memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata. Masalahnya, mereka mengalami kesulitan dalam menyesuaikan belajar karena pada umumnya kegiatan belajar di sekolah menggunakan rata-rata. Salah satu usaha untuk membantu mereka dengan menempatkan dalam kelompok khusus atau diberi tugas-tugas tambahan.

b.   Lambat dalam belajar

            Pebelajar membutuhkan waktu yang lebih lama daripada waktu yang diperkirakan untuk pebelajar yang tergolong normal. Akibatnya, pebelajar golongan ini sering ketinggalan dalam belajar dan ini pula sebagai salah satu sebab tinggal kelas. Dari segi kecerdasan, pada umumnya mereka memiliki taraf inteligensi di bawah rata-rata.mereka memerlukan perhatian khusus dan pemberian pelajaran tambahan atau perbaikan

 

c.   Pebelajar kreatif

            Pada umumnya menunjukkan kreativitas dalam kegiatan-kegiatan tertentu, misalnya dalam melukis, menggambar, olahraga, organisasi, kesenian dan sebagainya. Mereka selalu ingin memecahkan persoalan,berani menanggung resiko, kadang-kadang destruktif di samping konstrutif, lebih senang bekerja sendiri, dan percaya pada diri sendiri.

 

d.  Pebelajar gagal/putus sekolah

            Pebelajar tidak berhasil menyelesaikan studinya atau gagal dalam kegiatan balajarnya. Sebab kegagalan, antara lain : terletak pada diri pebelajar sendiri dan juga sebab-sebab lain seperti kurikulum, metode belajar, lingkungan masyarakat atau keluarga.

 

e.  Pebelajar berprestasi kurang

            Mereka memiliki inteligensitergolong tingi namun pretasi belajar yang dicapainya tergolong rendah. Gejalah ini timbul berkaitan dengan aspek motivasi, minat, sikap, dan kebisaan belajar, cirri-ciri kepribadian tertentu, dan pola-pola pengasuhan orang tua.

            Berdasarkan uraian diatas, maka kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu suatu kondisi tertentu dalam belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan yang bersifat fisiologi, psikologis, dan sosiologi dalam mencapai hasil belajar

 

3.   Gejalah Kesulitan Belajar

a.    Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata yang di capai kelompoknya, atau di bawah potensi yang dimilikinya.

b.    Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha  yang telah dilakukan dalam belajar.

c.     Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan sekolah.

d.    Menunjukkan sikap yang kurang wajar dalam belajar, seperti acuh, menentang, berpura-pura, dusta ,dst.

e.    Menunjukkan prilaku yang berklainan seperti ; membolos, dating terlambat, tidak mengerjakan PR, mengganggu di dalam dan di luar kelas, tidak mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, tersisihkan, tidak mau bekerjasamadan sebagainya.

f.     Menunjukkan gejala-gajala emosional, pemara, tidak atau kurang gembira menghadapi situasi tertentu.

 

            Gejala perilaku pembelajaran yang kurang motif belajar, antara lain ;

a.    Kelesuan dan ketidak berdayaan ; seoertimalas, segan, lambat bekerja, mengulur waktu, pekerjaan tidak selesai, kurang konsentrasi, acuh tak acuh, apatis dan lain-lain.

b.    Penghidupan atau pelarian diri ; seperti absen dari sekolah,suka bolos atau dating terlambat, tidak mengikuti pelajaran teratur, tidak mengerjakan tugas, tidak mencatat pelajaran dan sebagainya.

c.     Penentang seperti ; kenakalan, suka mengganggu atau merusak, tidak menyukai pelajaran tertentu, mengeritik, berdalih dan sebagainya.

d.    Mencari kompensasi, seperti ; mencari kesibukan lain di luar pelajaran, mengerjakan tugas lain pada waktu belajar,  mendahului pelajaran yang tidak bersifat penting.

 

            Gejalah perilaku prbelajaran yang mengalami masalah seperti social

a.  Perasaan tidak senang pada seseorang dalam waktu yang lama secara nyata.

b.  Turunnya efisiensi berfikir.

c.   Adanya gangguan fungsi tubuh.

d.  Penyimpangan tingkah laku dalam norma-norma social.

 

4.   Kriteria Kesulitan Belajar

a.    Tingkat pencapaian tujuan pendidikan

         Mereka yang tidak dapat mencapai tujuan pendidikan karena mendapat hambatan dalam mencapainya, diperkirakn mengalami kesulitan belajar.

 

b.    Kedudukan dalam kelompok

         Kedudukan pebelajar dalam kelompoknya (ruangan/kelas) merupakan ukuran dalam pencapaiaan hasil belajar. Secara statistik mereka yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar adalah mereka yang menduduki urutan terakhir dalam kelompoknya. Teknijk lain yaitu dengan membandingkan peblajar dengan prestasi rata-rata kelompoknya, yaitu mereka yang memperoleh nilai-nilai di bawah rata-rata kelas diduga mengalami kesulitan belajar.

 

c.     Perbandinga antara potensi dan prestasi

         Prestasi belajar yang dicapai pebelajar tergantung dari tingkat potensinya, baik kecerdasan maupun bakat. Pebelajar yang berpotensi tinggi cenderung memperoleh prestasi belajar yang tinggi, demikian pula sebaliknya. Kesulitan belajar terjadi jika ada perbedaan yang besar antara potensi yang dimiliki pebelajar dengan prestasi belajar yang dicapai.

 

d.     Tingka laku

         Pebelajar yang berhasil dalam belajar akan menunjukkan pola tingkah laku tertentu yang sesuai dengan tujuan yang telah di tetapkan. Pebelajar yang mengalami kesulitan akan menunjukkan pola tingka laku yang menyimpang ; sikap acuh tak acuh, menentang, menyendiri, melalaikan tugas, sering bolos, mendusta, menentang, kurang motivasi, gangguan emosional dan sebagainya.

 

5.   Jenis-Jenis Kesulitan Belajar

                 Kartadinata, dkk (1999) jengemukakan jenis-jenis kesulitan belajar antara lain ;

a.    Keterlambatan akademik, yaitu ; keadaan belajar yang tidak memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.

 

b.    Sering tidak sekolah yaitu ; pembelajar sering tidak hadir atau mendadak sakit dalam jangka waktu yang lama, sehingga kehilangan sebagian besar kegiatan belajarnya.

 

c.     Kecepatan belajar, yaitu ; keadaan pembelajar yang memiliki bakat akademik yang cukup tinggi, tetapi memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajarnya yang amat tinggi.

 

d.    Sangat lambat belajar, yaitu ; keadaan pembelajar yang memiliki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu di kembangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.

 

e.    Kurang motivasi belajar, yaitu ; pebelajar kurang semangat belajar, dan seolah-olah tampak jenuh dan malas.

 

f.     Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu ; kondisi pebelajar yang kegiatan belajarnya antagonistik dengan seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya dsb.

 

         Selain yang dikemukakan diatas, jenis-jenis kesulitan belajar, yaitu

a.    Learning disording (kekacauan belajar) suatu keadaan dimana proses belajar seseorang tergantung karena timbulnya respons yang bertentangan.

 

b.    Learning disabilities (ketidakmampuan belajar) suatu kesulitan belajar yang mengacu kepada gejala dimana pebelajar tidak mampu belajar atau menghindari belajar.

 

c.     Learning disfunction, suatu kesulitan belajar mengacu kepada gejala dimana proses belajar ttidak berfungsi dengan baik, walaupun pebelajar tidak menunjukkan gangguan .

d.    Underachcieve, kesulitan yang mengacu kepada pebelajar yang memiliki tingkat potensi intelektual di atas normal, tetpi prestasi belajarnya tergolong rendah.

 

e.    Slow learner, adalah mereka yang mengalami kelambatan dalam memahami pelajaran atau lambat beelajar.

 

6.   Prosedur Terapi Kesulitan Belajar

a.  Identifikasi kasus

                 Langkah untuk mengambil siapa yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar. Cara mengenalinya adalah dengan bermacam cara/metode berdasarkan gejala yang tampakk menurut criteria kesulitan belajar

 

b.  Identifikasi kesulitan belajar

                 Langkah untuk menetapkan atau menentukan sifat dan jenis kesulitan belajar yang dialami pembelajar. Hal ini dapat dimiliki dalam pelajaran-pelajaran yang menunjukkan nilai kurang atau sangat kuran. Jenis dan taraf kesulitan belajar perlu dipahami (misalnya : dalam hafalan,pemahaman arti, atau dalam cara mengucapkan)

 

c.   Diagnosis kesulitan belajar

                 Langkah untuk menetapkan latar belakang kesulitan belajar. Berdasarkan gejalah yang tampak, kemudian ditetapkan latar belakang kesulitan, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Untuk mengetahuinya digunakan berbagai teknik, antara lain ; observasi, wawancara, angket, tes, studi, dokumentasi, dan analisis pekerjaan.

 

d.  Proognosis kesulitan belajar

                 Langkah untuk memperkirakan kemungkinan-kemungkinan usaha bantuan terhadap masalah kesulitan belajar. Atas dasar gejala dan latar belakang kesulitan belajar ditetapkan estimasi tindakan yang dapat dilakukan. Tindakan disesuaikan dengan sifat masalah yang dihadapi.

 

e.  Pelaksanaan terapi kesulitan belajar

                 Pemberian bantuan hendaknya diikuti penilaian tentang ketepatan bantuan yang diberikan.

 

f.   Evaluasi

Langkah untuk meniilai langkah-langkah yang telah ditempuh. Langkah ini berguna untuk mengetahui keberhasilan usaha bantuan yang telah diberikan. Evaluasi dihasilkan selama dan setela pemberian bantuan.

 

7.   Bentuk-bentuk terapi kesulitan belajar

a.  Pengajaran perbaikan

                 Pengajaran perbaikan yaitu suatu pengajaran khusus yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan atau membuat menjadi baik terhadap kesalahan dalam proses dan hasil belajar pebelaja.

 

b.  Kegiatan pengayaan

                 Kegiatan pengayaan merupakan bentuk layanan kepada pebelajar yang sangat cepat dalam belajar. Mereka memerlukan tugas-tugas tambahan yang terencana untuk meenambah dan/atau memperluas pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya dalma kegiatan belajar sebelumnya.

 

c.   Peningkatan motivasi belajar

                 Peningkata motivasi belajar, prosedur yang ditempuh adalah :

1.  Memperjelas tujuaan belajar.

2.  Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan, dan minat pebelajar

3.  Mencitakan suasana pembelajar yang menantang, merangsang dan menyenangkan

4.  Memberikan penguatan dan hukuman bilamana perlu

5.  Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dimanis antara guru dan pebelajar serta antara sesana pebelajar

6.  Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu

7.  Melengkapi sumber dan peralatan beljar

8.  Mempelajari hasil belajar yang diperoleh

d.  Peningkatan keterampilan belajar

                 Peningkatan keterampilan belajar, prosedurnya adalah :

1.  Membuat catatan waktu guru mengajar

2.  Membuat ringkasan dan bahan yang dibaca

3.  Mengerjakan latihan-latihan soal

 

e.  Sikap dan kebiasaan belajar yang baik

Untuk itu pembelajar  hendaknya dibantu dalam :

1.  Menemukan motif-motif yang tepat dalam belajar

2.  Memelihara kondisi kesehatan yang baik

3.  Mengatur waktu belajardi sekolah dan di rumah

4.  Memilih tempat belajar yang baik

5.  Belajar dengan menggunakan sumber belajar yang baik

6.  Membaca secara baik

7.  Tidak segan bertanya untuk hal-hal yang tidakdiketahui

 

2.6.     Contoh macam-macam masalah belajar

1.    Bidang         : Sarana dan prasarana

Masalah       :

Ø  Tidak adanya laboratorium computer

Ø  Tidak adanya laboratorium biologi

Ø  Kurangnya alat peragah untuk mata pelajaran tertentu

Ø  Kurangnya buku2 penunjang ilmu pengetahuan di perpustakaan

Ø  Tidak adanya sanggar seni untuk lebih mengasa bakat peserta didik di bidang kesenian.

 

2.    Bidang         : Tenaga kerja (pendidik)

Masalah       :

Ø  Keterlambatan pendidik menyelesaikan materi2

Ø  Seringnya tenaga pendidik tidak datang tepat pada waktunya sehingga belajar dan pembelajaran tidakberjalan seefektif mungkin

 

 

Haling, Abdul. 2006. Belajar & Pembelajaran. Makassar : Badan Penerbit UNM

 

www.google.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar